Sudah hal biasa, mulai dari makhluk yang ngamen seadanya dan meminta uang dengan "sedikit" memaksa, makhluk yang diam-diam memanfaatkan kelengahan korban, sampai dengan makhluk tukang ancam dengan senjata tajam yang terang-terangan merampas harta penumpang. tentu saja, yang terakhir ini, tukang ancam bersenjata tajam beraksi di bus kota yang relatif sepi dan banyak wanitanya.
tukang ngamen tidak perlu dibahas karena mereka menjamur dan kesannya "tidak berbahaya", meski sebenarnya, bisa saja mereka juga beralih ke pencopet dan tukang ancam.
kira-kira seminggu lalu, saya hampir kecopetan. kejadiannya di perempatan gunung sahari, makhluk berbaju merah (sebut si A) naik dari pintu belakang kopami dan duduk di bangku deret kedua dari belakang supir. awalnya saya tidak curiga, tetapi si A duduk agak menyamping, menghadap pintu depan. dengan kata lain, bila ia bermaksud jahat dan bergerak cepat, dapat dengan mudah menghalangi pintu.
kopami relatif sepi, hanya ada sekitar 4 penumpang. tak lama kemudian beberapa meter dari sekolah penabur, naik seorang makhluk berbaju kuning (sebut B) dari pintu belakang. jujur saja, adalah hal yang jarang apabila penumpang naik dari lokasi ini karena tidak lama lagi kopami akan masuk terminal senen. saya bertambah curiga karena "sepertinya" si A dan si B saling memberikan kode. si B mengambil tempat duduk dua deret di belakang si A. posisi saya adalah di tempat duduk paling dekat pintu. ketika kopami masuk ke terminal, saya bergegas turun. di depan saya adalah seorang ibu-ibu yang turun pertama kali, saya mengikuti dari belakang, dan si B diikuti si A menyusul di belakang.
ketika menginjakkan kaki di tanah terminal, saya mendapati si B memaksakan tangannya keluar dari tas saya, yang sudah terbuka resletingnya. saya berteriak, tetapi baik si B maupun si A seakan tidak ada apa apa dan berlalu. Saya memperhatikan sekitar saya.
"Sepi"
dalam artian, supir memberhentikan kopaminya di area yang relatif sepi bus kota, tidak ada penumpang yang lalu lalang mencari angkutan umum yang dituju. tanpa bermaksud menuduh, namun saya yakin bahwa sopir dan knek tahu betul bahwa si A dan si B adalah pencopet.
pelajaran hari itu adalah, selalu waspada. ketika bus mulai sepi, pindahlah duduk di tempat yang aman. bila ada yang menghalangi pintu atau terkesan bersiap menghalangi pintu, segera turun atau pindah ke dekat supir,
dan hari ini, saya menaiki kopami lagi dan melihat si B yang sama menaiki kopami juga. ia naik dari terminal seperti saya, dan meski ada tempat duduk kosong, B menolak duduk dan tetap berdiri dekat pintu. ketika knek berkeliling meminta ongkos saat lampu merah, ia pun turun menghindari knek dan naik kembali ketika knek berbalik arah. knek tahu betul dia tidak bayar dan tidak menyuruhnya duduk di bangku kosong, dan tidak menyuruhnya bergeser dari pintu, seperti yang biasa knek lakukan kepada penumpang-penumpangnya. inilah yang membuat saya yakin bahwa saya harus segera turun.
situasi kopami penuh dengan hanya menyisakan 1 tempat duduk kosong. kopami juga lebih banyak wanita, dan penumpang laki-laki tampak "tidak ada yang bisa diandalkan". selain itu, saya yakin bahwa si B tidak sendiri.
saya hanya berpikir, bagaimana apabila makhluk yang suka merampas milik orang lain itu membawa senjata tajam dan mengancam kami ? dan bagaimana bila ia hanya menargetkan orang tertentu ? masyarakat seperti sekarang ini, semuanya cari selamat.
Pelajaran kedua untuk hari ini adalah,
- sebisa mungkin pulang bersama teman,
- bila seorang diri, tetap waspada,
- jangan bawa banyak barang dan harta,
- cari duduk yang strategis bila angkutan umum sepi, dekat sopir atau dekat pintu keluar
- kadang lebih baik menumpang bus kota yang padat penumpang, karena pencopet biasanya hanya akan mengandalkan kemampuan "diam-diam" mencopetnya, daripada mengancam dengan senjata tajam.
- bila ada yang mencurigakan seperti ada yang menghalangi pintu, merasa diintai, segera turun.
hidup adalah dukkha, tidak bisa dipungkiri.
tukang ngamen tidak perlu dibahas karena mereka menjamur dan kesannya "tidak berbahaya", meski sebenarnya, bisa saja mereka juga beralih ke pencopet dan tukang ancam.
kira-kira seminggu lalu, saya hampir kecopetan. kejadiannya di perempatan gunung sahari, makhluk berbaju merah (sebut si A) naik dari pintu belakang kopami dan duduk di bangku deret kedua dari belakang supir. awalnya saya tidak curiga, tetapi si A duduk agak menyamping, menghadap pintu depan. dengan kata lain, bila ia bermaksud jahat dan bergerak cepat, dapat dengan mudah menghalangi pintu.
kopami relatif sepi, hanya ada sekitar 4 penumpang. tak lama kemudian beberapa meter dari sekolah penabur, naik seorang makhluk berbaju kuning (sebut B) dari pintu belakang. jujur saja, adalah hal yang jarang apabila penumpang naik dari lokasi ini karena tidak lama lagi kopami akan masuk terminal senen. saya bertambah curiga karena "sepertinya" si A dan si B saling memberikan kode. si B mengambil tempat duduk dua deret di belakang si A. posisi saya adalah di tempat duduk paling dekat pintu. ketika kopami masuk ke terminal, saya bergegas turun. di depan saya adalah seorang ibu-ibu yang turun pertama kali, saya mengikuti dari belakang, dan si B diikuti si A menyusul di belakang.
ketika menginjakkan kaki di tanah terminal, saya mendapati si B memaksakan tangannya keluar dari tas saya, yang sudah terbuka resletingnya. saya berteriak, tetapi baik si B maupun si A seakan tidak ada apa apa dan berlalu. Saya memperhatikan sekitar saya.
"Sepi"
dalam artian, supir memberhentikan kopaminya di area yang relatif sepi bus kota, tidak ada penumpang yang lalu lalang mencari angkutan umum yang dituju. tanpa bermaksud menuduh, namun saya yakin bahwa sopir dan knek tahu betul bahwa si A dan si B adalah pencopet.
pelajaran hari itu adalah, selalu waspada. ketika bus mulai sepi, pindahlah duduk di tempat yang aman. bila ada yang menghalangi pintu atau terkesan bersiap menghalangi pintu, segera turun atau pindah ke dekat supir,
dan hari ini, saya menaiki kopami lagi dan melihat si B yang sama menaiki kopami juga. ia naik dari terminal seperti saya, dan meski ada tempat duduk kosong, B menolak duduk dan tetap berdiri dekat pintu. ketika knek berkeliling meminta ongkos saat lampu merah, ia pun turun menghindari knek dan naik kembali ketika knek berbalik arah. knek tahu betul dia tidak bayar dan tidak menyuruhnya duduk di bangku kosong, dan tidak menyuruhnya bergeser dari pintu, seperti yang biasa knek lakukan kepada penumpang-penumpangnya. inilah yang membuat saya yakin bahwa saya harus segera turun.
situasi kopami penuh dengan hanya menyisakan 1 tempat duduk kosong. kopami juga lebih banyak wanita, dan penumpang laki-laki tampak "tidak ada yang bisa diandalkan". selain itu, saya yakin bahwa si B tidak sendiri.
saya hanya berpikir, bagaimana apabila makhluk yang suka merampas milik orang lain itu membawa senjata tajam dan mengancam kami ? dan bagaimana bila ia hanya menargetkan orang tertentu ? masyarakat seperti sekarang ini, semuanya cari selamat.
Pelajaran kedua untuk hari ini adalah,
- sebisa mungkin pulang bersama teman,
- bila seorang diri, tetap waspada,
- jangan bawa banyak barang dan harta,
- cari duduk yang strategis bila angkutan umum sepi, dekat sopir atau dekat pintu keluar
- kadang lebih baik menumpang bus kota yang padat penumpang, karena pencopet biasanya hanya akan mengandalkan kemampuan "diam-diam" mencopetnya, daripada mengancam dengan senjata tajam.
- bila ada yang mencurigakan seperti ada yang menghalangi pintu, merasa diintai, segera turun.
hidup adalah dukkha, tidak bisa dipungkiri.
No comments:
Post a Comment